pencak silat atau yang dikenal dengan ‘silek’merupakan ilmu bela diri yang berakar dari bangsa Melayu. Etnis Melayu biasanya disebut penduduk yang terhampar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia, Singapore, Brunei Darussalam, Filipina dan beberapa pulau kecil yang berdekatan dengan negara-negara tersebut, walaupun sebetulnya penduduk Melayu adalah hanya suatu etnis di antara ratusan etnis yang mendiami kawasan itu.
Di negara-negara inilah ilmu bela diri pencak silat dapat ditemukan, walaupun istilah penyebutan bisa bermacam-macam. Di semanjung Malaysia teknik membela diri dalam pergaduhan atau pertarungan disebut ‘silat’. Silat ini terdiri atas lebih daripada 260 gaya atau aliran dengan nama yang berbeda, tergantung pada teknik atau daerah asalnya, misalnya ‘gayong’, ‘gayong Fatani’, ‘cekak’, ‘keletan’, ‘lintau’ dan ‘saterlak’. Istilah ‘silat’ juga dipergunakan di negara tetangga, Singapore. Di sana terdapat sekitar 15 perguruan, yaitu lembaga pendidikan tempat berguru pencak silat. Beberapa di antaranya, seperti ‘gayung’ dan ‘cekak’, mempunyai kemiripan nama dengan gaya-gaya Malaysia dan negara-negara tetangga yang lain.
Begitupun, di beberapa propinsi Thailand Selatan di mana penduduknya adalah dari suku bangsa Melayu, yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat, istilah yang dipakai adalah ‘silat’. Sama hal nya, di Brunei Darussalam dan di Filipina Selatan, di mana ilmu bela diri Melayu ini disebut juga istilah ‘silat kuntao’. Di daerah-daerah kepulauan Sulu di Filipina selatan, digunakan istilah istilah ‘silat-kalis’.
Di Indonesia, negara yang menjadi pusat perhatihan, ilmu bela diri tradisional ini dikenal dengan nama resminya ‘pencak silat’. Tetapi, di tiap daerah, masyarakat setempat memiliki istilah-istilah yang berbeda. Pada umumnya, dari Barat ke Timur, pencak silat dikenal di Sumatera Barat dengan istilah ‘silek’ dan ‘gayuang’, dan di pesisir Timur pulau itu, sama dengan negara tetangga Malaysia, dengan istilah ‘silat’; di Jawa Barat dengan sebutan ‘maempo’, dan ‘penca’; di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nama ‘pencak’; di Madura dan di pulau Bawean dengan ‘mancak’; di Bali dengan ‘mancak’ maupun ‘encak’, di kabupaten Dompu, di Nusa Tenggara Barat dengan ‘mpaa Sila’; dan di Bulungan Kalimantan Timur dengan istilah ‘bemancek’.
asal muasal pencak silat pun masih menjadi tanda tanya, para ahliantropologis berusaha mencari tahu tentang keaslian olah raga bela diri ini. Ada beberapa legenda tentang silat ini dianataranya cerita tentang seorang wanita yang melihat perkelahian belalang besar di tepi sungai. Wanita itu mangamati gerak gerik belalang tersebut sehingga dia tidak sadar sudah lama menghabiskan waktu mengamati kedua binatang tersebut. Suami wanita tersebut kesal menunggu dirumah dan mencari wanita tersebut, alangkah terkejutnya suami tersebut mendapati istrinya sedang duduk menatap sungai. Dengan persaan marah san suami hendak memukul istrinya tersebut, namun san istri bisa mengelak dan melumpuhkan suaminya. Sang suami sangat terkesan terhadap kepintaran istrinya yang berhasil mengalahkannya. Akhirnya sang suami meminta istrinya untuk mengajari ilmu yang dia dapat dari mengamati belalang tersebut.
Cerita lain tentang pencak silat yang erat kaitannya dengan Minangkabau adalah saat raja minangkabau yang mengkombinasikan ilmu beladiri dari empat orang pengawalnya yang berasal dari berbagai Negara, Persia, Cina, Vietnam dan Siam. Gabungan ilmu beladiri dari para pengawal ini dinamakan oleh masyarakat minangkabau sebagai ‘silek’. Silek ini pun beragam teknik tergantung dari temapat dimana dipelajari diantaranya; Silek Tuo, Silek Pauh, Silek Kumango, Silek Seteralak dan Silek Lintau. Walaupun berbeda dalam penyebutan serta teknik namun pada dasarnya silek terdiri dari emat aspek yaitu :
Bela diri, Seni, Olah raga dan Mental / sipiritual
1. SILAT PT SEMEN PADANG.
Menyikapi kian memudarnya tradisi pencak silat di tengah masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, PT Semen Padang menggelar Kejuaraan Pencak Silat Pandeka Minang Se-Sumbar. Acara ini dihelat 1-4 Maret, bertempat di GOR PT Semen Padang, Indarung, Padang.
Kejuaraan Pencak Silat ini digagas oleh Forum Komunikasi Karyawan PT Semen Padang (FKKSP) dengan tujuan merangsang anak muda untuk kembali menggeluti silat tradisi Minang yang kian terancam punah. Selain itu, tujuan lain diadakannya iven ini adalah untuk mengembalikan pamor silat tradisi Minang ke level nasional.
Menurut Ketua Umum FKKSP, Agus B Nurbiantoro, digelarnya Kejuaraan Pencak Silat ini untuk merangsang generasi muda menerjuni olahraga ini. Soalnya, silat tradisi Minangkabau terancam punah, karena kurangnya animo generasi muda untuk mempelajarinya.
“Saat ini generasi muda lebih tertarik mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari luar karena cukup mudah dikuasai. Adapun seni silat tradisi Minang dinilai sangat rumit, berfilosofi tinggi, bahkan ilmunya cukup sulit didapat. Karena itu, untuk tahap awal kami menggelar kejuaraan ini,” ungkap Agus yang didampingi Ketua Panitia Amral Ahmad.
Iven dengan total hadiah sebesar Rp34,5 juta plus piala dan piagam ini rupanya mendapat antusias dari sejumlah perguruan silat yang ada di Sumatera Barat. Beberapa hari menjelang digulirnya pertandingan, sebanyak 152 pesilat dari 18 perguruan silat yang ada di Sumbar menyatakan ikut ambil bagian pada iven yang bakal mempertandingkan dua nomor itu, yakni silat laga dan pertandingan silat tradisional. Untuk nomor silat tradisional, sebanyak 39 perguruan sudah mendaftarkan diri ke panitia.
Pada nomor silat laga, akan mempertandingkan kelas A hingga E. Sementara untuk nomor silat tradisional akan mempertandingkan kelas berpasangan putra 9-16 tahun, berpasangan putra 17-18 tahun, dan berpasangan putri 9-18 tahun.
Muara dari diadakannya Kejuaraan Pencak Silat ini tak lain adalah mencari kembali pesilat Sumbar untuk PON XVIII 2010 di Riau nanti, serta untuk menyeleksi pesilat interen FKKSP.
“Selama ini pencak silat disebut-sebut berasal dari Minangkabau. Namun prestasi Sumbar di kancah Nasional beberapa tahun ini kurang memuaskan. Ironisnya lagi, di kancah Internasional, nama Indonesia tak lagi harum, bahkan tak lebih baik dari pesilat luar negeri. Padahal kita adalah akar dari tradisi silat itu sendiri. Nah, untuk menyikapi itu FKKSP memberikan sumbangsih kecil untuk kembali membangun pesilat andal yang kita miliki,” sebut Amral Ahmad.